Minggu, 31 Mei 2015

Radiologi

Radiologi

Radiologi adalah cabang atau spesialisasi kedokteran yang berhubungan dengan studi dan penerapan berbagai teknologi pencitraan untuk mendiagnosis dan mengobati penyakit. Pencitraan dapat menggunakan sinar-X, USG, CT scan, tomografi emisi positron (PET) dan MRI.Pencitraan tersebut menciptakan gambar dari konfigurasi dalam dari sebuah objek padat, seperti bagian tubuh manusia, dengan menggunakan energi radiasi. Radiologi juga kadang-kadang disebut radioskopi atau radiologi klinis. Radiologi intervensi adalah prosedur medis dengan bimbingan teknologi pencitraan.
Pencitraan medis biasanya dilakukan oleh ahli radiografi atau penata rontgen. Seorang radiolog (dokter spesialis radiologi) kemudian membaca atau menginterpretasikan gambar untuk menentukan cedera, menentukan seberapa serius cedera tersebut atau membantu mendeteksi kelainan seperti tumor. Itulah sebabnya mengapa pasien seringkali harus menunggu untuk mendapatkan hasil “resmi” sinar-X atau gambar lainnya bahkan setelah dokter utamanya telah mengkajinya. Seorang spesialis radiologi juga harus menginterpretasikan hasil dan berkonsultasi dengan dokter utama untuk menegakkan diagnosis yang akurat. Klinik dan fasilitas medis yang tidak mempekerjakan spesialis radiologi harus mengirimkan gambar keluar untuk interpretasi dan menunggu temuan.

http://kamuskesehatan.com/arti/radiologi/

Teknik Pemeriksaan Radiografi Vertebra Cervical

Teknik Pemeriksaan Radiografi Vertebra Cervical

Pemeriksaan radiografi vertebra cervical adalah pemeriksaan radiografi untuk melihat anatomi ataupun kelainan-kelainan pada vertebra cervical (tulang leher). Teknik-teknik dasar yang biasa digunakan untuk pemeriksaan ini meliputi proyeksi Anterior Posterior (AP) open mouth, Anterior Posterior (AP) axial, Axial Oblique, Lateral, dan Lateral Swimmer’s. Akan tetapi proyeksi-proyeksi tersebut digunakan sesuai klinis. Sekarang kita akan belajar tentang proyeksi Oblique baik AP maupun PA serta proyeksi Lateral Swimmer’s. silahkan simak… :)
PROYEKSI AP AKSIAL OBLIQUE
Posisi RPO dan LPO
Proyeksi oblique digunakan untuk menunjukkan foramina intervertebralis cervical. Pertama kali dijelaskan oleh Barsony dan Koppenstein. Kedua sisinya diperiksa untuk perbandingan.
Kaset : Kaset yang digunakan dalam proyeksi ini yaitu kaset dengan ukuran 8×10 inchi (18x24cm) memanjang
SID: Gunakan SID sekitar 60-72 inchi (152-183 cm). Hal ini ditujukan untuk mengurangi magnifikasi karena OID meningkat.
Posisi pasien : Tempatkan pasien dalam posisi terlentang atau tegak menghadap tabung x-ray. Posisi tegak (berdiri atau duduk) lebih baik untuk kenyamanan pasien dan memudahkan untuk memposisikan pasien.
Posisi objek : Posisikan tubuh pasien dengan sudut45 derajat, dan pusatkan cervical di tengah IR.Aturpusat IR pada cervical tiga (1 inch [2,5 cm] superior ke titik yang paling menonjol dari kartilago tiroid) untuk mengimbangi angulasi cephalic dari pusat sinar.
Posisi Berdiri : Mintalah pasie dukuk atau berdiri lurus dan rileks. Kemudian sandarkan bahu yang berdekatan dengan grid vertikal bertujuan untuk dukungan. Pastikan bahwa rotasi tubuh adalah 45 derajat. Pasien diminta melihat lurus ke depan, dan jika diperlukan angkat dan julurkan dagu sehingga mandibula tidak tumpang tindih tulang belakang. Hindari rotasi dagu untuk mencegah superposisi dengan cervical.
Posisi Semisupine : Putar kepala pasien dan tubuh sekitar 45 derajat. Kemudian pusatkan cervical spine pada garis tengah grid. Berikan pengganjal di bawah dada dan pinggul ditinggikan. Selain itu beri pengganjal di bawah kepala pasien, dan sesuaikan sehingga kolumna servical mendatar. Periksa kembali dan sesuaikan rotasi tubuh 45 derajat. Tinggikan dagu pasien dan julurkan rahang seperti untuk posisi berdiri. Hindari rotasi dagu untuk mencegah superposisi dengan cervical.
Proteksi Radiasi : Gunakan Perisai gonad.
Respirasi : Tahan nafas
Central ray : Sinar diarahkan ke C4 pada sudut 15-20 derajat cephalad sehingga sinar pusat bertepatan dengan sudut foramina
Struktur ditunjukkan : Gambar yang dihasilkan menunjukkan foramina intervertebralis dan pedikel terjauh dari IR dan proyeksi miring dari badan dan bagian lain dari vertebra cervical.
Kriteria Evaluasi
Berikut ini perlu dibuktikan dengan jelas:
  • Foramina intervertebralis membuka pada gambaran, dari C2-C3 ke C7-T1
  • Terbuka diskus intervertebralis space
  • Ukuran dan kontur foramina sama
  • Dengan mengangkat dagu sehingga tidak menyababkan overlaping pada atlas dan axis
  • Tulang oksipital tidak tumpang tindih aksis
  • Tampak keselutuhan vertebra C1 sampai C7 dan T1
PROYEKSI PA AKSIAL OBLIQUE
Posisi RAO dan LAO
Kaset : Kaset yang digunakan dalam proyeksi ini yaitu kaset dengan ukuran 8×10 inchi (18x24cm) memanjang
SID : SID 60 sampai 72 inchi (152-183 cm) dianjurkan karena jarak OID meningkat
Posisi pasien : Tempatkan pasien tiduran atau berdiri tegak dengan membelakangi tabung x-ray. Untuk kenyamanan pasien dan pengaturan objek yang akurat, posisi berdiri atau berdiri tegak lebih disukai.
Posisi objek :
Posisi Upright : Mintalah pasien untuk duduk atau berdiri tegak dengan lengan di samping dan bahu menempel pada grid. Putar tubuh pasien dengan sudut 45 derajat untuk menempatkan lubang foramina sejajar dengan IR. Pusatkan cervical spine ke garis tengah grid.
Semiprone Posisi : Atur tubuh pasien pada sudut 45 derajat dan cervical spine berpusat pada garis tengah grid. Mintalah pasien menggunakan lengan dan menekuk lutut untuk mengangkat tubuh dan mempertahankan posisi. Tempatkan pengganjal yang sesuai di bawah kepala pasien untuk menempatkan kolumn cervical sejajar dengan IR. Untuk memungkinkan penyudutan caudal dari sinar pusat, maka pusat IR di tingkat dari C5 (1 inch [2,5 cm] caudal ke titik yang paling menonjol dari tiroid kartilago). Sesuaikan posisi kepala pasien sehingga midsagittal plane sejajar dengan bidang tulang belakang. Tinggikan dan julurkan dagu pasien secukupnya untuk mencegah superimposisi mandibula dengan vertebra servikal bagian atas. Hindari rotasi dagu untuk mencegah superposisi dengan cervical. (Dagu harus menoleh sedikit untuk posisi semiprone.)
Proteksi Radiasi : Gunakan Perisai gonad.
Respirasi : Tahan nafas
Central ray : Diarahkan ke C4 pada sudut 15 sampai 20 derajat caudad sehingga bertepatan dengan sudut foramina
Struktur ditunjukkan : Gambar yang dihasilkan menunjukkan foramina intervertebralis dan pedikel pada IR dan proyeksi obliq dari tubuh serta bagian lain dari kolumna cervical.
Kriteria Evaluasi
Berikut ini seharusnya tak secara jelas menunjukkan:
  • Terbukanya foramina intervertebralis, dari vertebra servikal pertama dan kedua sampai vertebra cervical ketujuh dan toracal pertama
  • Terbuka diskus space intervertebralis
  • Mengangkat dagu dan menjulurkan rahang menyababkan mandibula tidak overlap dengan vertebra servikal pertama dan kedua
  • Tulang oksipital tidak tumpang tindih aksis
  • Tampak ketujuh cervical dan vertebra thoracic pertama
PROYEKSI LATERAL (Metode Twining)
R atau posisi L
Proyeksi ini sering disebut proyeksi “LATERAL SWIMMER’S“.
Kaset : Kaset yang digunakan dalam proyeksi ini yaitu kaset dengan ukuran 24 x 30 cm memanjang
Posisi pasien : Tempatkan pasien pada posisi lateral, baik duduk atau berdiri, didepan perangkat grid vertikal.
Posisi objek : Pusatkan midcoronal plane tubuh pada garis tengah grid. Tinggikan lengan yang berdekatan dengan perangkat grid vertikal, tekukkan siku dan kemudian lengan bawah ditempatkan di kepala pasien. Atur ketinggian IR sehingga berpusat pada level C7-T1, yang akan berada pada level vertebra prominens posterior. Atur kepala pasien dan tubuh menjadi posisi true lateral, dengan midsagittal plane paralel terhadap bidang IR. Tekan bahu pasien yang terjauh dari IR sebanyak mungkin, dan gerakan keanterioe tubuh. Kemudian gerakan bahu paling dekat dengan IR lebih ke posterior tubuh. Tujuannya agar satu bahu ditempatkan sedikit anterior dan sedikit posterior lainnya, dengan ketinggian simultan dari satu bahu dan depresi dari bahu yang berlawanan. Penempatan bahu ini cukup untuk mencegah caput humeri superimposisi dengan tulang belakang.
Proteksi Radiasi : Gunakan Perisai gonad.
Respirasi : Tahan nafas. Jika pasien dapat kooperatif dan dapat diimobilisasi, waktu paparan yang lama (mA rendah) harus digunakan ketika pasien mengambil napas pendek. Napas pendek dapat mengaburkan anatomi paru-paru.
Central ray :• Diarahkan ke ruang antar-diskus C7 dan T1: (1) tegak lurus jika bahu tertekan dengan baik atau (2) menyudut 5 derajat caudal jika bahu tidak dapat tertekan dengan baik. Collimation harus sangat dekat untuk mengurangi radiasi hambur dan meningkatkan kontras.
Struktur ditunjukkan : Gambar yang dihasilkan menunjukkan proyeksi lateral vertebra cervical bawah dan vertebta thoracal atas diantara kedia bahu.
Kriteria Evaluasi
Berikut ini perlu dibuktikan dengan jelas:
  • Gambaran lateral dari vertebra yang tidak terlalu rotasi.
  • Kedua bahu terpisah satu sama lain
  • Tampak daerah vertebra dari sekitar C5 sampai T4
  • X-ray penetrasi daerah bahu
Nah sekarang udah tahu kan proyeksi Basic yang biasa digunakan untuk pemeriksaan radiografi vertebra cervical?? Akan tetapi masih banyak proyeksi yang digunakan untuk vertebra cervical selain proyeksi-proyeksi diatas. Jadi tetap semangatlah belajar…

https://bocahradiography.wordpress.com/2012/09/14/teknik-pemeriksaan-radiografi-vertebra-cervical-bag-2/

Teknik Radiografi Vertebra Lumbal

Teknik Radiografi Vertebra Lumbal

Pemeriksaan radiografi dari vertebra lumbal dapat dilakukan dengan proyeksi antero posterior dan lateral.
2.2.1. Proyeksi Antero Posterior (AP)
Gambar posisi pasien AP Lumbal, sebagai berikut :
Posisi Pasien : pasien bisa tidur terlentang atau tegak, pada umumnya digunakan posisi tiduran dengan memfleksikan hips dan knees secukupnya agar bagian punggung kontak dengan meja pemeriksaan, sehingga akan mengurangi kurva lordotik dari tulang lumbal.
Posisi Obyek : pertengahan Median Sagittal Plane (MSP) pada pertengahan meja pemeriksaan. Untuk mencegah rotasi tulang belakang maka atur bahu dan hips dalam bidang horizontal yang sama, dan atur MSP kepala sama dengan MSP tubuh. Fleksi kedua siku dan letakan diatas dada. Jika ada soft tissue yang tidak normal (atrophy atau swelling) yang mengakibatkan pelvis rotasi maka diberi pengganjal diabgian yang rendah.
Peletaan film pada crests dari tulang ilium, ukuran film yang digunakan 35 x 43 cm atau 30 x 40 cm memanjang. Pertengahan film pada vertebra lumbal ke 3 atau setinggi inferior median coronal costal margin. Lindungi gonad, pusat sinar pada MSP tubuh setinggi crets ilium (antara lumbal 4 dan lumbal 5), dengan arah sinar vertikal tegak lurus film.
Kriteria gambarar AP Lumbal, sebagai berikut :
Gambaran Yang Tampak : tampak lumbal bodies, inter vertebral disk space, inter pediculate space, laminae, spinous procces dan procssus transversum.
Evaluasi kriteria : terproyeksi area dari lower thoracal sampai dengan sacrum. Pembatasan sinar pada sisi lateral sampai dengan psoas muscle. Terbukanya inter vertebral joints, dan sacro iliaca joints (SIJ) berjarak sama dari vertebral column.
2.2.2. Proyeksi Lateral (R atau L)
Gambar posisi pasien Lateral Lumbal, sebagai berikut
Film yang digunakan ukuran 35 x 40 cm atau 30 x 40 cm memanjang untuk survei secara umum.
Posisi Pasien : pasien bisa tiduran atau tegak. Pasien menggunakan baju pemeriksaan yang terbuka dibagian belakang sehingga mudah untuk melihat pengaturan tulang belakang.
Posisi Obyek : pasien miring kearah yang sakit atau biasanya miring ke kiri. Fleksikan hips dan knees agar nyaman, jika pasien kurus maka hips diganjal. Median Coronal Plane (MCP) tubuh pada pertengahan grid meja pemeriksaan. Atur tebal bantal sehingga MSP kepala setinggi tulang belakang. Kedua bahu difleksi dan letakan didepan dada, atur tubuh agar seimbang. Untuk mencegah rotasi, letakan sandbag diantara kedua knee. Letakan pengganjal radolucent dibawah thorax bagian bawah, atur sehingga long axis tulang belakang horizontal. Cek posisi sehingga benar-benar lateral dengan cara melihat punggung pasien.
Perengahan film dan pusat sinar pada MCP tubuh setinggi crest ilium, dengan arah sinar vertikal tegak lurus film. Lindungi gonad, eksposi dilakukan pada saat tahan napas pada akhir keluarkan napas.
Gambaran Yang Tampak : tampak lumbal bodies, inter space, processus spinosus, lumbosacral joint.
Evaluasi Kriteria : terproyeksi area dari lower thoracal sampai thorax. Terbukanya inter vertebral disk space. Super posisinya posterior margin dari masing-masing vertebral body. Super posisinya crest iliaca.
Penambahan kualitas radiografi, dengan meletakan karet timbal diatas meja yang diletakan dibagian belakang pasien.
2.6. Kualitas Radiografi
Kualitas atau mutu gambaran radiografi ditentukan oleh nilai kontras radiografi. Adapun nilai kontras radiografi dapat diukur dengan perolehan nilai densitasnya, melalui pengukuran film radiografi tersebut dengan menggunakan densitometer. Menurut RR.Calton (1992 : 253) kualitas radiografi adalah kemampuan suatu pencitraan radiografi untuk memberikan informasi yang baik guna menegakkan diagnosa. Kualitas radiografi antara lain ditentukan oleh :
2.6.1 Densitas
Pengertian densitas adalah kerapatan, akan tetapi pada radiografi sering dihubungkan dengan derajat kehitaman film Densitas merupakan parameter radiografi yang mudah untuk dinilai. Densitas yang baik adalah yang mampu menggambarkan struktur anatomi yang dapat dilihat oleh mata. Mata manusia hanya mampu melihat densitas dalam rentang 0,25 – 2,5 (RR. Charlton, 1992: 186). Densitas radiografi adalah derajat kehitaman dari perak metal hitam yang tersisa dalam emulsi. Densitas menentukan kesempurnaan bayangan pada film dan sebagai indikasi cukupnya intensitas sinar x yang menembus objek. Jika intensitas sinar x besar maka dnsitas akan tinggi (high density) dan pada film akan brwarna hitam, sedagkan untuk intensias sinar x yang kecil maka densitas akan rendah (low density).
2.6.2 Kontras
Kontras radiografi adalah perbedaan derajat kehitaman pada film radiografi yang disebabkan karena perbedaan atenuasi dari intensitas radiasi yang sampai ke film setelah melewati objek. Kontras radiografi terbagi atas kontras objektif dan kontras subjektif. Adapun yang akan dibahas oleh peneliti adalah kontras objektif, yaitu perbedaan densitas dari bagian-bagian gambar dalam satu film yang dapat diukur dan dinyatakan dengan angka, dengan menggunakan alat densitometer. Kontras subjektif adalah pedaan derajat kehitaman dimana penilaiannya berdasarkan kesaggupan mata dari tiap-tiap individu. Dalam hal ini penilaiannya tergantung pada faktor usia dan kesehatan mata individu tersebut.

https://griyodemak.wordpress.com/2010/06/17/teknik-radiografi-vertebra-lumbal/

Teknik Pemeriksaan Os Pedis

1. Anatomi Os. Pedis
Terdiri atas 26 tulang, yaitu :14 phalanges, 5 os metatarsal dan 7 os Tarsi. Os tarsi terdiri atas os calcaneus,os talus, os navicular,3 os cuneiform, dan os cuboid. Berdasarkan fungsinya dibedakan menjadi 3 yaitu : 
  • forefoot (metatarsal dan toes), 
  • midfoot (cuneiform, navicular, dan cuboid), 
  • hindfoot  (talus/astragalus, dan calcaneus(os calcis).
Tulang kaki dibentuk dan bersatu untuk membentuk kesatuan longitudinal dan arcus transversal. Bagian permukaan anterior (superior) kaki disebut dengan dorsum atau permukaan Dorsal, dan inferior(posterior) aspek dari kaki disebut permukaan plantar. Karena ketebalan yang beragam pada anatomi kaki, maka harus kita perhatikan pemberian faktor eksposi untuk dapat menunjukkan densitas keseluruhan bagian tulang kaki.


2. Definisi
Merupakan ilmu yang mempelajari tata cara pemeriksaan os. pedis (tulang kaki) dengan menggunakan sinar-x untuk menegakkan diagnosa.

3. Klinis
  • Fracture 
  • Kelainan Patologis
  • Dislokasi
4. Persiapan Pemeriksaan
  1. Persiapan Pasien
    • Daerah yang diperiksa bebas dari benda logam
  2. Persiapan Alat/Bahan
    1. Pesawat sinar-x
    2. Kaset dan film 24 x 30 cm
    3. Load pembagi
    4. Marker
  3. Proteksi Radiasi 
    1. Gonad shield
    2. Apron
    3. Batasi lapangan penyinaran
5. Teknik Pemeriksaan
  • Proyeksi AP/AP Axial
    • Posisi pasien : Pasien supine. Kaki difleksikan dan telapak kaki menghadap meja pemeriksaan.
    • Posisi obyek : Telapak kaki menempel pada kaset. Kaset horizontal diatas meja pemeriksaan.
    • FFD : 90 – 100 cm
    • CR :  
      • 1) 10º (ke arah os calcaneus), CP: Metatarsal ke-3  
      • 2) vertikal / tegak lurus kaset, CP: Metatarsal ke-3
    • Kriteria gambar : Tampak gambaran AP dari ossa metatarsal, ossa phalanx, ossa tarsal.

  • Proyeksi AP Oblique (lateral rotation)
    • Posisi pasien :  Pasien supine. Kaki difleksikan, telapak kaki menghadap meja pemeriksaan.
    • Posisi obyek : Kaki diendorotasikan membentuk sudut 30º terhadap kaset pada sisi lateral.
    • FFD : 90 – 100 cm
    • CR : Vertikal / tegak lurus kaset 
    • CP : Metatarsal ke-3 
    • Kriteria gambar : Tampak gambaran AP oblique pada daerah ossa phalanx, ossa metatarsal. Tampak persendian os cuneiform medial dan intermedial. 

  • Proyeksi AP Oblique (median rotation)
    • Posisi pasien : Pasien supine. Kaki difleksikan, telapak kaki menghadap meja pemeriksaan.
    • Posisi obyek : Kaki diendorotasikan membentuk sudut 30º terhadap kaset pada sisi medial.
    • FFD : 90 – 100 cm
    • CR : Vertikal / tegak lurus kaset 
    • CP : Metatarsal ke-3 
    • Kriteria gambar : Tampak gambaran AP oblique pada daerah ossa phalanx, ossa metatarsal. Tampak persendian os cuboideum dan os calcaneus serta daerah persendian os cuneiform lateral. 

  • Proyeksi PA Oblique (Medial Rotation)
    • Posisi Pasien : Pasien lateral recumbent dengan lutut difleksikan.
    • Posisi Obyek : Atur dorsal pedis pada pertengahan kaset horizontal. Rotasikan kearah medial sehingga sisi lateral pedis membentuk sudut 45º terhadap kaset.
    • FFD : 90 – 100 cm
    • CR : Vertikal / tegak lurus kaset
    • CP : Pertengahan kaki pada The base of Metatarsal V
    • Kriteria gambar : Tampak gambaran PA Oblique pedis. Tampak persendian didaerah ossa tarsalia.

  • Proyeksi PA Oblique (Methode Grashey)
    • Posisi pasien : Pasien prone, punggung/dorsal pedis menghadap meja pemeriksaan.
    • Posisi obyek : Bagian dorsal pedis menghadap kaset, kaset horizontal diatas meja pemeriksaan.
      1. Diendorotasikan sehingga sisi medial membentuk sudut 30º terhadap kaset.
      2. Dieksorotasikan sehingga sisi lateral membentuk sudut 20º terhadap kaset.
    • FFD : 90 – 100 cm
    • CR : Vertikal / tegak lurus kaset
    • CP : Pada The base of metatarsal III 
    • Kriteria gambar : 
      1. Tampak gambaran PA oblique pedis. Tampak persendian metatarsal I & II bebas dari superposisi, os cuneiform medialis bebas dari superposisi dan tampak os navicular.
      2. Tampak gambaran PA oblique pedis. Tampak corpus dari metatarsal III s/d V bebas dari superposisi. Tampak tuberositas metatarsal V dan os cuboideum.





 
  • Proyeksi Lateral (medio lateral)
    • Catatan : *proyeksi ini sering dilakukan karena relatif lebih nyaman untuk pasien
    • Posisi Pasien : Pasien supine / duduk diatas meja pemeriksaan. Kaki yang tidak diperiksa ditekuk ke belakang.
    • Posisi obyek : Atur pedis true lateral, sisi lateral pedis menempel pada kaset horizontal. Fleksikan pedis sehingga membentuk sudut 90º terhadap ossa cruris.
    • FFD : 90 – 100 cm
    • CR : Vertikal / tegak lurus kaset 
    • CP : Pada The base of Metatarsal III 
    • Kriteria gambar : Tampak gambaran lateral pedis dan daerah distal os tibia dan fibula.

  • Proyeksi Lateral (latero medial)
    • Posisi Pasien : Pasien supine / duduk diatas meja pemeriksaan. Kemudian untuk kenyamanan pasien, tubuh pasien diposiskan oblique (LPO/RPO).
    • Posisi obyek : Atur os pedis true lateral, sisi medial pedis menempel pada kaset horizontal. Fleksikan os pedis sehingga membentuk sudut 90º terhadap ossa cruris.
    • FFD : 90 – 100 cm 
    • CR : Vertikal / tegak lurus kaset 
    • CP : Pada The base of Metatarsal III 
    • Kriteria gambar : Tampak gambaran lateral (lateromedial) os pedis dan daerah distal os tibia dan fibula.

  • Proyeksi Lateral - (Lateromedial Methode Weight - Bearing)
    • Catatan : * Kaset diletakkan ditempat khusus untuk proyeksi metode weight bearing agar daerah longitudinal arch terproyeksi dalam film.
    • Posisi pasien : pasien diposisikan standing upright / berdiri tegak (erect pada bidang yang datar)
    • Posisi objek : kaset diletakkan diantara os.cruris dengan sisi depan kaset menghadap os.pedis yang akan difoto.
    • FFD : 90 -100 cm
    • CR : Horizontal, tegak lurus terhadap kaset
    • CP : Pada titik di atas the base of metatarsal III
    • Kriteria gambar : tampak gambaran lateromedial pedis dengan posisi weight-bearing, tampak struktur gambaran longitudinal arch os.pedis.
 
  • Proyeksi AP Axial (Methode Weight-Bearing)
    • Posisi Pasien : Pasien diposisikan standing-upright/berdiri tegak/erect.
    • Posisi Obyek : Letakkan kaset diatas lantai. Pasien berdiri diatas kaset. Letakkan marker sesuai dengan posisi kaki. Letakkan penggaris pengukur (skala) untuk mempermudah memposisikan kaki agar simetris.
    • FFD : 90 – 100 cm 
    • CR : 10º / 15º kearah tumit 
    • CP : pada The level of the base of Metatarsal III 
    • Kriteria gambar : Tampak gambaran AP Axial os pedis kanan dan kiri.

  • Proyeksi AP Axial (Weight Bearing Composite Methode) 
Posterior Angulation 15° kearah tumit.

    • Posisi pasien : Pasien standing-upright/erect.
    • Posisi obyek : Salah satu pedis pasien diletakkan diatas kaset horisontal.
    • CR : 15° kearah tumit. 
    • CP : The Base of Metatarsal III 
    • Kriteria gambar : Tampak gambaran pedis AP Axial. 
Anterior Angulation 25° kearah phalanx.
    • Posisi pasien : Pasien standing-upright /erect. 
    • Posisi obyek : Salah satu pedis pasien diletakkan diatas kaset horisontal.
    • CR : 25° kearah phalanx. 
    • CP : Permukaan posterior ankle.
    • Kriteria gambar: Tampak gambaran pedis AP Axial pada bagian posterior.

Proyeksi Pemeriksaan Ossa Manus

Proyeksi Pemeriksaan Ossa Manus

Proyeksi pemeriksaan ossa manus yaitu :

  1. PA (Posterior anterior)
  2. Obliq 
  3. Lateral
  4. AP Perbandingan
  5. AP 
Untuk Pemeriksaan di lapangan yang sering dipakai yaitu PA dan Obliq.
Untuk klinis pasien di lapangan biasanya Fraktur (Patah tulang), Trauma, Fisura, Dislokasi Sendi, Ruptur, Artheritis, Osteoma dan Corpus alienum (Benda Asing).

Proyeksi pemeriksaan PA (Dorso Plantar)


  • PP (Posisi Pasien) : Pasien duduk di samping meja pemeriksaan dengan lengan di fleksikan, atur ketinggian sehingga lengan pasien  nyaman di atas meja pemeriksaan
  • PO(Posisi Objek) : Istirahatkan lengan (Antebrachi) pada meja pemeriksaan dan tempatkan manus dengan telapak tangan pasien menempel pada kaset. Letakan MCP (Metacarpo phalangeal) joint di tengah-tengah kaset. Rentangkan tangan pasien yang akan diperiksa. Usahakan tangan pasien relaks agar tidak terjadinya rotasi, jangan lupa kenakan Apron pada pasien untuk melindungi organ-organ fital dan usahakan pasien menoleh ke sisi yang tidak terkena sinar x.
  • Ukuran kaset = 18x24 cm atau 24x30 cm melintang untuk 2 gambaran.
  • CR (Central Ray) = Tegak lurus Vertikal.
  • FFD = 90-100 cm
  • CP (Central Point) = di MCP (Metacarpo phalangeal Joint) digiti 3
  • Marker = R/L
  • Batas Atas Batas Bawah kolimasi = Batas atasnya dari phalang sampai 1/3 oss distal radius, ulna untuk batas bawahnya.
  • Tampilan Struktur : Phalang 1-5, Metacarpal, Carpal (Schapoid, Lunatum, Triquetrum, Phisiform, Trapezium,Trapezoid, Capitatum, Hamatum dan Oss Distal Radius dan Ulna.
  • Kriteria Radigraf : MCP dan Interphalangeal joint membuka menandakan manus diletakkan rata pada kaset.
Proyeksi Pemeriksaan PA Obliq Projektion
  1. PP = Pasien duduk di samping meja pemeriksaan dengan lengan difleksikan.
  2. PO = Atur tangan pasien Obliq membentuk suatu penjuru kira-kira 45 derajat seperti sedang menggenggam kertas.
  3. Ukuran Kaset = 18x24 cm atau 24x30 untuk 2 gambaran.
  4. CP = MCP (Metacarpo phalangeal joint digiti 3
  5. CR = Tegak lurus Vertikal
  6. FFD = 90-100 cm
  7. Marker = R/L
  8. Batas Atas dan Batas Bawah = Dari Phalang sampai 1/3 Distal oss radius dan ulna.
Kriteria Evaluasi : Sedikit Overlap antara metakarpal tiga dan empat serta empat dan lima.
                            Interphalangeal joint dan MCP joint terbuka dan tidak superposisinya antara tulang
                            Trapezium dengan Trapezoid.
Proyeksi Pemeriksaan Lateral (Medio lateral dan Latero Medial)
  • Untuk Proyeksi ini gunakan kaset 18x24 membujur atau 24x30 melintang untuk dua gambaran.

  • PP = Posisikan Pasien duduk menyamping meja pemeriksaan dengan antebrachi menempel pada meja pemeriksaan dengan aspek Ulnaris menempel pada kaset sementara pada Latero medial aspek Radius menempel pada kaset
  • PO = Ekstensikan digit pasien dan atur digit pertama di sudut kanan palmar. Atur phalang (digit) 2-5 Superposisi.
  • FFD = 100cm
  • CR = Vertikal tegak lurus pada kaset pada MCP joint digiti 5 dan 2.
Kriteria Evaluasi : Phalang 2-5 Superposisi kecuali ibu jari, superposisi metacarpal, superposisi oss radius dan ulna.
Proyeksi Pemeriksaan AP Perbandingan (Metode Noogaard)
  • PP =Pasien duduk di ujung meja pemeriksaan, dengan kedua tangan diposisikan setengah supine untuk perbandingan.
  • PO = Tempatkan kedua telapak tangan bersama-sama tempatkan 2 spons kira-kira 45 derajat terhadap aspek superior dari masing-masing tangan, Ekstensikan jari-jari pasien dan sedikit abduksikan ibu jari pasien untuk menghindari superposisi. jari-jari seolah-olah sedang menggenggam  seperti akan menangkap bola.
  • FFD = 100 cm
  • CR = Tegak lurus Vertikal
  • CP = Tegak lurus pada pertengahan kaset atau pada titik tengah antara kedua tangan selevel MCP joint.
Kriteria Evaluasi = Kaput Metakarpal bebas dari superimposisi, dan tampak kedua tangan dari daerah      
                              karpal ke ujung digit.